Senin, 08 Mei 2017

ISBAL CELANA DAN ISBAL LISAN


Jumat, 05 Mei 2017

BAHAGIA YANG SEBENARNYA


Di dalam Al-Qur'an, kata-kata bahagia (as-sa'aadah) hanya muncul pada dua tempat:

Yang pertama, dalam surat Hud ayat 105, "Saat hari akhir tiba, jiwa tidak bisa bicara kecuali dengan izin Alloh, maka diantara mereka ada yang sengsara, ada pula yang bahagia".

Yang kedua, dalam surat Huud ayat 108, "Adapun orang-orang​ yang bahagia, mereka di surga kekal selamanya".

Yang pertama menjelaskan waktu kebahagian yang sebenarnya, yaitu hari akhir. Adapun yang kedua menjelaskan tempat kebahagian yang sebenarnya, yaitu surga.

Lalu mengapa kita menunggu sesuatu bukan pada waktunya? Dan mengapa kita mencari sesuatu bukan pada tempatnya?

Minggu, 23 April 2017

MEMBERI ISYARAT SAAT KHUTBAH JUM'AT


Kita semua paham bahwa berkata-kata atau melakukan aktivitas tiada guna saat Khotib berkhutbah, bisa membuat Jum'atan kita sia-sia. Lalu bagaimana jika ada orang lain berbicara, bolehkah kita mengingatkannya?

Sebagaimana dikatakan oleh Imam Abu Dawud, bahwa ia mendengar seseorang bertanya kepada Imam Ahmad, "Aku melihat ada seseorang berbicara saat Khotib sedang berkhutbah".

Maka Imam Ahmad pun menjawab, "Berilah isyarat kepadanya untuk diam - baik dengan tangan, kedipan, atau anggukan" (Masail Imam Ahmad: 85).

Ibnu Rajab Al-Hanbali juga menyebutkan akan adanya Ijma' dari para ulama tentang dibolehkannya memberi isyarat untuk diam kepada orang-orang yang bercakap-cakap saat Khotib sedang berkhutbah (Fathul Baari: 8/275).

Wallahu A'lam bisshowab. Semoga Jum'at kita hari ini penuh berkah dan punyai daya rubah...

AGAMA DAN KEKUASAAN


Minggu, 16 April 2017

DI ARAFAH, MARI BERHENTI SEJENAK


Di Arafah, pada 9 Dzulhijjah, adalah inti dan puncak manasik Haji. Kehakikian dan kesejatian Haji ada di sini. Al-Hajju 'arofah...

Di Arafah, mari wuquf-kan jiwa dari hiruk pikuk dunia. Stop! Berhentilah sejenak, merenungi perkelanaan panjang hidup kita...

Di Arafah, ingatkan diri kita, betapa arus dunia telah begitu kuat menarik dan menyeret ke pusaran. Segera cari pegangan dan hentikan...

Di Arafah, mari benar-benar meng-arafah-kan hati yang sering lalai dan lupa. Akui dan sadari itu. Hempaskan jauh-jauh kepongahan dan keangkuhan jiwa...

Di Arafah, menangislah sejadi-jadinya. Jika tak bisa, paksakan untuk menangis. Jika tak bisa juga, maka tangisilah diri kita, yang tak mampu menangis atas dosa yang begitu banyaknya...

Di Arafah, jangan lagi pedulikan panas, lapar, dahaga dan segala ketidaknyamanan yang ada. Ada masalah yang jauh lebih besar yang harus menyita total perhatian kita...

Di Arafah, abaikan segala riak-riuh di sekitar kita. Jangan sampai hati mengeruh hanya karena tingkah-polah manusia. Biarkan hari ini, hanya antara kita dan Alloh berdua...

Di Arafah, dengan hanya dua helai kain putih, bayangkan suatu saat nanti kita dimandikan, disholatkan, dikafankan, berkendara keranda menuju kuburan. Hanya amalan yang setia menjadi teman...

Di Arafah, dalam lusuh nan berdebu, bayangkan saat seluruh manusia terkumpul di sebuah padang. Matahari didekatkan sejengkal di atas kepala. Para hamba tenggelam dalam keringat dosa...

Di Arafah, bayangkan saat kaki kita di-wuquf-kan di hadapan Alloh. Tak akan sanggup bergerak sedikit pun. Hingga ditanya tentang empat perkara: umur, masa muda dan harta, untuk apa dihabiskan? Juga tentang ilmu, sudahkah diamalkan?

Di Arafah, Alloh banggakan para hamba di hadapan Malaikat-Nya. Tentu hanyalah para hamba yang mau menunduk, merunduk dan sadar meminta...

Di Arafah, di hari terbanyak Alloh merdekakan hamba-Nya dari neraka. Begitu murah Alloh mengobral maghfiroh-Nya. Jika pada momentum ini dosa kita tidak terampuni, kapan lagi?

Di Arafah, dengan wuquf hari ini, kita berharap Alloh tidak wuquf-kan kita berlama-lama dalam hisab-Nya. Walau taraa idz wuqifuu 'alaa rabbihim...

Di Arafah, dengan wuquf hari ini, kita memohon, Alloh bebaskan kita dari wuquf di neraka, walau hanya sejenak. Walau taraa idz wuqifuu 'alaan naari...

Dhuha 9 Dzulhijjah, perjalanan Mina-Arafah
@hakimuddinsalim

DEMIMU BUNDA...


Suatu hari, ada seorang lelaki sholeh nan berilmu dari kalangan Tabi'in yang sakit keras. Saking parahnya, ia tak kuasa untuk sekedar bangun dari ranjangnya.

Tiba-tiba ada yang mengkabarinya, bahwa ibunya sebentar lagi datang menjenguknya. Seketika itu juga, ia bangkit dari ranjang, berdiri tegak, bertampang segar, seolah ia lupa bahwa dirinya sedang kritis.

Setelah ibunya selesai menjenguknya dan keluar dari pintu rumahnya, saat itu juga ia tersungkur kembali ke ranjangnya. Seperti semula. Badannya menggigil. Wajahnya pasi, menahan sakit di ulu hati.

Melihat kejadian itu, sang murid yang setia menemaninya bertanya kenapa? Dengan susah payah, ia pun menjawab, "Sungguh, rintihan sakit seorang anak, akan menyiksa hati sang ibu".

Rabbana, liburan telah tiba, taufiqilah kami semua untuk menjaga mereka tetap bahagia di hari tua....

AGAMA DAN KEKUASAAN


Selasa, 11 April 2017

KATA MBAH KAKUNG


Kata Mbah Kakung, pagi yang senyap itu menggemuruh tiba-tiba. Lagu Genjer-Genjer sayup terdengar bersama derap langkah barisan yang jumawa. Truk yang mereka tumpangi berhenti tepat di samping Musholla.

Kata Mbah Kakung, gerombolan bersenjata palu dan arit itu mendobrak pintu rumahnya. Masuk ke kamar-kamar mengobrak-abrik yang ada. Sebagian dari mereka membawa senapan api di dada.

Kata Mbah Kakung, keluarga waktu itu sudah diungsikan ke Kali Ngisor semua. Ada gua yang cukup aman untuk sembunyi sementara. Hanya Mbah Kakung yang tetap di rumah seorang diri berjaga.

Kata Mbah Kakung, tak dinyana
yang datang banyak sekali jumlahnya. Mbah Kakung tidak mungkin melawan sendirian saja. Ia pun segera melompat sembunyi di musholla depan rumahnya.

Kata Mbah Kakung, mereka marah besar karena tak mendapatkan siapa-siapa. Lalu sambil menenteng clurit dan ciu berhambur masuk ke Musholla. Mencabik-cabik semua Mushaf yang ada.

Kata Mbah Kakung, mereka seperti tidak melihatnya di mihrab sedang bersila. Menghadap Kiblat terus berdzikir dan berdoa. Akhirnya pergi dengan tangan hampa, sambil menyerapah semaunya.

Kata Mbah Kakung, di masa itu, para Kyai, Ajengan, Mubaligh, dan para tokoh agama terus dicari-cari. Tua-muda, lelaki-wanita mereka tak peduli. Semua yang menentang Komunis dan Revolusi harus mati!

Kata Mbah Kakung, bukan hanya di kampung kami. Di Ngawi, 30 pemuka agama diculik dan dimasukkan ke dalam loji. Lalu dibakar hidup-hidup hingga mati. Ada sebagian yang berhasil melarikan diri. Namun akhirnya disiksa tanpa nurani.

Kata Mbah Kakung, di Magetan mereka kubur hidup-hidup 200 orang Kyai dan Santri. Salah satunya adalah KH Sulaiman Zuhdi. Masyarakat awam yang tidak mau tunduk pun ikut dihabisi.

Kata Mbah Kakung, mereka juga menyerang pelajar Islam di Kediri. Al-Quran yang ada mereka injak-injak dengan kaki. Para Muslimah nya mereka lecehkan tanpa ampun lagi.

Kata Mbah Kakung, selain para jenderal di Jakarta, mereka juga mentarget para pejabat daerah dan aparat keamanan. Seperti di Tirtomoyo, mereka bantai 212 orang tanpa belas kasihan. Diculik, disiksa, lalu dilempar ke lubang pembuangan.

Kata Mbah Kakung, mungkin puluhan tahun lagi cucu-cicit akan lupa. Betapa kejam dan bengisnya mereka. Tapi sejarah mencatatnya, di Indonesia mereka telah sembelih ribuan manusia. Di negara lain mereka bantai 100 juta nyawa.

Kata Mbah Kakung, pada 1948 mereka lakukan pemberontakan dan pembantaian. Lalu 1965 berulah lagi setelah 20 tahun dimaafkan. Bukannya tak mungkin mereka ulangi di masa depan. Apalagi jika punya posisi di pemerintahan.

Kata Mbah Kakung, sebelum Iblis masuk neraka, kaum yang tak percaya Tuhan dan Agama itu akan tetap ada. Meski tak terlihat kasat mata, namun ideologi itu terus diwariskan temurun tanpa sela.

Kata Mbah Kakung, sambil tiarap mereka terus menyusup ke berbagai elemen masyarakat. Menyelundupkan kader di kalangan aparat. Bahkan juga ke dalam organisasi Ummat.

Kata Mbah Kakung, mereka lihai memprovokasi massa. Mendoktrin pelajar dan mahasiswa. Mengorganisir tani, buruh dan rakyat miskin kota. Mempolitisir kefakiran dan pengangguran yang merajarela.

Kata Mbah Kakung, Muslimin dan TNI harus bersiaga atas segala kemungkinan. Perkokoh terus keimanan dan jalinan. Persiapkan apa saja yang dimampui dari kekuatan.

@hakimuddinsalim

SEEKOR KUCING DAN ANAK-ANAK SYIRIA


Ini tentang kepedulian, yang menjadi parameter masih beningnya hati dan sanubari kita. Pun ia adalah tolok ukur, sedalam apa iman dan ukhuwah tertancap di dada.

Suatu hari, sebagaimana diceritakan oleh Abdullah bin 'Umar RA, Rasulullah 'alaihis sholatu wassalam bersabda, "Ada seorang perempuan diadzab lantaran seekor kucing".

Aneh, bagaimana bisa ada seorang Muslimah akan diadzab di neraka, disebabkan oleh seekor kucing sahaja? Apa sebabnya? Dalam kelanjutan hadits riwayat Imam Bukhori dan Muslim tersebut, ada jawabannya.

"Perempuan itu mengurungnya sampai mati. Maka ia masuk neraka karenanya. Ia tidak memberinya makan dan minum. Ia juga tidak melepaskannya agar bisa makan dari serangga tanah", lanjut Rasulullah.

Mari sadari kembali, hari ini yang mati kelaparan bukan hanya seekor kucing. Ratusan bahkan ribuan anak-anak Muslimin di Syria sedang terancam meregang nyawa. Mereka terkurung oleh dentum bom dan peluru rezim Syi'ah Nushairiyah.

Jika sore ini putra-putri kita bermain penuh kegembiraan, kenyang dan berkelimpahan, bahkan tanpa rasa dosa kita mubazirkan, tidak demikian dengan mereka. Bocah-bocah polos tak berdosa itu sedang merintih kelaparan, mencoba mengais di jalanan, meski yang mereka dapat hanya rerumputan.

Memang, bukan kita yang menjadi penyebab terjadinya bencana kemanusiaan itu. Bukan kita. Namun, jika lisan kita terus membisu, raga tak tergerak membantu, hingga mereka semua terbujur kaku, apa beda kita dengan perempuan teradzab yang dikisahkan Rasulullah dahulu?

@hakimuddinsalim